Wajah Radikal Pendukung Anies

Jan 28, 2024

Anies Baswedan dan Mahfudz MD, sebagai sesepuh saya di HMI, memiliki tanggung jawab untuk mengartikan lima karakteristik utama individu yang diharapkan dalam kehidupan bersama dalam masyarakat dan negara.

Tidak ada paham radikal-ekstrem di dalam HMI. Pada hari Rabu tanggal 15 Rabiul Awal tahun 1366 H (5 Februari 1947 M), HMI didirikan dengan dua tujuan utama:

Pertama, untuk mempertahankan keutuhan Negara Republik Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Kedua, untuk menegakkan serta mengembangkan ajaran agama Islam.

Dua tujuan tersebut dikenal dengan komitmen ke-Indonesia-an dan ke-Islam-an, atau juga disebut sebagai komitmen Kebangsaan dan Keumatan HMI.

Pada Pemilihan Presiden 2024, Anies Baswedan mencalonkan diri sebagai calon presiden berpasangan dengan Cak Imin, sementara Mahfudz MD menjadi calon wakil presiden berpasangan dengan Ganjar Pranowo.

Sebelumnya, saya meragukan kemampuan Anies untuk mengubah citra negatifnya yang diidentifikasi dengan kelompok radikal, fundamentalis, dan ekstremis.

Tetapi, Cak Imin yang pernah aktif dalam PMII dan merupakan kader NU, ternyata berhasil menjadi penyembuh citra negatif tersebut.

Anies memiliki ketergantungan pada Cak Imin dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga agar citranya tidak lagi terhubung dengan kelompok radikal.

Belakangan ini, saya tercengang saat menyaksikan video seorang tokoh Kiai yang mendukung Anies di Pamekasan. Tanpa ragu, tokoh tersebut menunjukkan perilaku radikal, seolah-olah mengajak untuk terlibat dalam konflik, sehingga menciptakan ketegangan di kalangan umat.

Para pendukung calon presiden lain terus berupaya menciptakan suasana politik yang penuh kegembiraan, damai, dan santai melalui sorak-sorai kebahagiaan.

Sebaliknya, pendukung Anies di Pamekasan menciptakan suasana yang berkebalikan. Meskipun Anies akan hadir, atmosfernya justru tegang, menciptakan suasana politik yang mirip dengan horor.

Jika Anies tetap bersikeras untuk turun, saya yakin keadaan akan semakin memburuk, karena dimulai dengan ajakan ekstrem yang melibatkan kekerasan dan penggunaan senjata.

Terlebih lagi, masih ada pendukung Anies yang mengaitkan "rokok durno" sebagai komoditas isu politik, sehingga dapat menimbulkan potensi konflik dengan para petani tembakau yang telah meraih keuntungan selama dua tahun terakhir.

Tidaklah simpel bagi pihak penjaga keamanan untuk mengatasi situasi sulit semacam ini. Anies berisiko untuk kembali diidentifikasi dengan pendukung yang sudah terbukti memiliki sikap radikal dan ekstrem.

Silakan perhatikan bagian dari pernyataan yang disampaikan oleh tokoh kunci Kiai pendukung Anies di Pamekasan yang videonya telah menjadi cukup populer:

*Dalam Bahasa Madura:*

_”…deddih, kaulah ka cakancah kabbhi sekitar Beringin, Palengaan, Bujur, Tobintang, Tomarmar kabbhi, Bheruh kakdimmah kabbhi yap seyap. Anies lamon coma detengah dek ka K. Kholil maloloh pagi, toreh kauleh se mimpinah langsung. Kauleh tak entarah kampanye ka Palengaan. Ambe’ di semua arah, ebuwen oreng, jhek beghi masok. *Seap’aghi semua perlengkapan persenjataan, ka’anggui menghalangi Anies deteng dek ka K. Kholil Muhammad.* Lamon coma ka K. Kholil Muhammad Nungsari maloloh settong. Tengka, soalah se ngunjheng kita, benni K. Kholil Muhammad. Ghun ngampong kakrowah…takok teppak ka orengah Prabowo…”_

*Arti Dalam Bahasa Indonesia:*

_”…jadi, untuk teman-teman semua sekitar Beringin, Palengaan, Bujur, Batubintang, Batumarmar semua, Waru dimanapun semua siap-siap. Anies kalau hanya mau datang ke K. Kholil pagi, ayo saya yang akan pimpin langsung. Saya tidak mau kampanye ke Palengaan. Tunggu di semua arah, ribuan orang, jangan beri (akses) masuk. *Siapkan semua perlengkapan persenjataan, untuk menghalangi Anies datang ke K. Kholil Muhammad.* Kalau hanya ke K. Kholil Muhammad saja satu. Tatakrama, soalnya yang ngundang kita, bukan K. Kholil Muhammad. Hanya numpang itu…takut orangnya Prabowo itu…”_

Dalam video berdurasi 03:40 detik tersebut, perhatikan bagian antara menit ke-02:14 hingga ke-02:19. Terlihat betapa risikonya politik kekerasan yang memiliki potensi untuk memprovokasi umat dan menciptakan konflik di antara sesama anak bangsa. Ditambah lagi, ada sentuhan yang menyinggung pendukung Prabowo.

Membenarkan penggunaan kekerasan dalam ranah politik dan memulai ajakan kekerasan dengan merujuk kepada Allah sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Anies Baswedan memiliki dukungan atau mendukung kelompok radikal dan ekstremis. Potensi kerusakan citra yang signifikan dapat muncul.

Bisakah kita mengakhiri perilaku ekstrem dan radikal yang memiliki potensi untuk menciptakan ketegangan di kalangan umat?

Dapatkah kita mengubah perilaku ekstrem yang berpotensi membuat citra agama semakin menakutkan, karena tindakan individu yang disebut sebagai tokoh agama?

Ini adalah salah satu alasan mengapa saya memilih berada pada posisi yang moderat, tidak mendukung ekstremisme di kanan atau kiri, dan tidak terlibat dalam kubu-kubu tertentu.

Saya berharap kita dapat meninggalkan masa lalu yang sulit dan memulai babak baru dengan *Prabowo - Gibran*.